Kaidah Penulisan Kata Sapaan



Kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak berbicara (orang kedua) atau menggantikan nama orang ketiga. Kata sapaan ini harus ditulis dengan huruf kapital, baik dalam kalimat dialog maupun di narasi atau deskripsi.
Berikut adalah beberapa contoh kata yang dapat digunakan sebagai kata sapaan.

Pertama, nama diri, seperti Anto, Karni, Nurmala. Nama diri ini biasanya untuk menyebut diri sendiri atau memanggil tokoh cerita yang lain.
Contoh:
  • Yully duduk gelisah, “Apakah ibu harus diberi tahu? Tapi aku takut masalah ini akan membuat ibu jadi murka.” Gamang hati Yully terus menghantuinya.
  • Edel, apakah kau tidak mendengar pesan ibu? Dasar anak bandel!” gerutu Okti, kakaknya Edel.
  • Siang itu Rik sedang berbelanja di sebuah toko makanan. Namun niatnya urung setelah sepintas melihat Kun ada di toko itu, pasti anak itu akan menodongnya untuk membayar makanannya, mana ini akhir bulan.

Kedua, kata sapaan yang berhubungan dengan hubungan darah/kekeluargaan: Bapak, Ibu, Mama, Emak, Umi, Paman, Bibi, Pakde, Bude, Adik, Anak, Kakak, Abang, Kangmas, Mas, Uda, Umak, Abah, Abak, Om, Kakek, Eyang, dll.
Contoh:
  • Sedari tadi Emak menatap gelisah ke halaman rumah. Berharap gadis kecilnya segera pulang. “Sudah magrib, kenapa Tina belum pulang?” gumam Mak Edel dalam hati.
  • “Maaf Mak, aku tak sengaja menjatuhkan vas bunga itu,” suara Tally gemetar.
  • “Sudah Bapak bilang, kamu jangan bermain lagi sama Sandza!” suara Bapak terdengar bergemuruh di dada Andri.
  • “Kamu ikut Om saja. Hidupmu akan jauh lebih bahagia,” bujuk Ali kepada Nonna.
  • “Seingat Tante gak ada temen cowok kamu yang ganteng, apalagi tajir,” mata Tante Phoe mendelik sinis kepada Yazmin.
  • Untuk beberapa hari Mas Hadi menginap di rumah kami. Kesempatan ini disambut baik oleh Mbak Repita dengan senyuman manisnya, ini kesempatan emas untuk mengenal lebih lekat lelaki berjenggot sejengkal itu.
Bukan kata sapaan jika tidak tokoh cerita dan hanya bersifat umum: ditulis huruf kecil.
Contoh:
  • Dalam acara itu, setiap ibu harus membawa bekal sendiri dari rumah. Sedangkan bapak-bapak tidak dibolehkan merokok selama acara. Dan, anak-anak diminta untuk tidak bergelut atau bermain-main selama acara berlangsung.
  • Sebagai seorang ayah, seharusnya Haris berani mengakui kalau Tri itu adalah anaknya.
  • Hati emak mana yang tega melihat anaknya belum menikah yang usianya sudah mendekati kepala tiga.

Ketiga, profesi atau jabatan atau gelar kepangkatan, seperti Jenderal, Kapten, Profesor, Dokter, Lurah, Camat, Pak RT/RW, Menteri, Presiden. Tapi harus diingat kata sapaan profesi ini hanya digunakan dalam kalimat percakapan langsung atau kalimat narasi/deskripsi yaitu menjelaskan posisi tokoh cerita. Jika tidak tokoh cerita maka cukup ditulis huruf kecil (nanti bagian bawah akan dijelaskan lebih lanjut).
Contoh:
  • Pagi ini, Jenderal Ali Musafa akan datang berkunjung ke Kampung Writing Revolution.
  • Kepala Kampung datang tergesa-gesa, “Mana kepala suku yang lain? Aku akan menagih utang kepada mereka.”
  • “Selamat pagi Suster Ayu,” sapa Teguh dengan senyum termanisnya.
  • “Sudah aku bilang, lapor dulu sebelum meninggalkan kampung!” kesal Kepala Suku Kampung Writing Revolution 01 kepada Makedel yang sering lupa membagikan jatah kuaci warga.
  • Kali ini Bu Guru Wahyu menampakkan ketegangan tingkat tinggi. Wajahnya yang ayu seketika jadi setengah matang waktu berpapasan dengan Kopral Inggar.
Bukan kata sapaan jika bukan tokoh cerita dan tidak diiringi dengan penyebutan nama: ditulis huruf kecil.
Contoh:
  • Rombongan itu terdiri dari seorang jenderal bintang empat dan beberapa ajudannya, juga diikuti oleh bupati, camat, lurah dan ketua RW sekeluruhan itu.
  • Kali ini kepala kampung itu tidak bisa berkata-kata lagi.
  • Setiap desa seharusnya memiliki seorang dokter yang bisa setiap saat melayani masyarakatnya.

Keempat, nama panggilan yang menentukan kedudukan pelakunya dalam masyarakat, seperti Tuan, Juragan, Pak Haji, Nyonya, Nona, Datuk, Batin, Tabib, Dukun Ketua Adat.
  • Semua tidak menyangka jika Juragan Deka bisa pulang kampung begitu cepat. Padahal katanya tidak akan pulang kampung sebelum bisa memboyong istrinya pulang.
  • “Si Ivy nanti kasih obat ramuan bunga 7 bau ini ya,” pesan Mak Dukun Ghara kepada Anung, ayahnya Ivy.
  • Terlihat Tabib Agus melafaz mantra dengan mulut monyong ke kiri, kanan, atas, bawah, lalu meludah ke delapan mata angin tanpa peduli cipratannya hinggap di dahi siapa saja yang  ada di ruangan kecil itu.
  • Pak Haji Yogi tersenyum senang bakal dapat mantu kaya.
Bukan kata sapaan jika bukan tokoh cerita dan tidak diiringi dengan penyebutan nama: ditulis huruf kecil.
  • Sebagai seorang tabib yang disegani di kampung ini, seharusnya Malym tidak melalukan tindakan tidak terpuji itu.
  • Semua orang di kampung ini kenal dengan juragan pemilik penggilingan padi itu.


Kelima, nama pelaku, seperti: Penonton, Peserta, Pendengar, atau Hadirin. Ini hanya diucapkan pada kalimat dialog saja yang tujuanya untuk memuliakan jika dalam kalimat narasi/deskripsi cukup ditulis huruf kecil.
Contoh:
  • “Diberitahukan, semua Peserta Kelas Gokil Online harap memperagakan gerakan ngakak tanpa suara.”
  • “Semua Hadirin dipersilakan tidur kembali.”
  • “Baiklah, Pendengar sekalian harap mencatat dengan baik resep antimati muda seperti yang Suster Ayu sampaikan tadi. Semoga berguna bagi keawetan kamu di kemudian hari,” kata Penyiar radio yang diselingi lagu “Bujangan” Om Haji Rhoma.
Bukan kata sapaan jika tidak orang yang disapa dan tidak diiringi dengan penyebutan nama: ditulis kecil.
Contoh:
  • Setelah diberi aba-aba, semua peserta guling-guling memegang kepalanya.
  • Sebagai pendengar yang baik, aku tidak akan memotong pembicaraannya asalkan dia nanti harus mentraktirku dengan bakso kambing.
  • Para penonton dibuat terpukau oleh kebolehan Repita mengangkat gentong cuma dengan jari kelingkingnya.

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir ke blog sederhana saya, salam hangat